Medan,MG
Pelaksana Tugas Gubernur Sumatera Utara Gatot
Pujo Nugroho berharap para ahli pertanian nasional dapat memberikan solusi dan
rekomendasi program kepada pemerintah guna meningkatkan produksi pertanian di
Tanah Air.
Harapan itu disampaikannya dalam silaturahim dengan peserta Seminar dan Rapat Tahunan Pertanian 2012 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Wilayah Barat di Medan, Selasa (3/4) malam.
Sebelumnya, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Prof Dr Dharma Bakti mengatakan, dalam seminar dan rapat tahunan itu akan dibahas 276 makalah pertanian.
Makalah-makalah tersebut akan dibahas secara tuntas oleh 550 dosen pertanian yang berbagai PTN di wilayah barat Indonesia.
Menanggapi hal itu Gatot Pujo Nugroho mengatakan, ke-276 makalah yang dibahas itu diharapkan dapat menjadi rekomendasi dan solusi bagi pemerintah.
Dengan berbagai rekomendasi dan solusi tersebut, diharapkan Indonesia mampu meningkatkan produksi bahan kebutuhan pokok utama masyarakat, khususnya produksi beras.
Apalagi jika dikaitkan dengan target pemerintah untuk mewujudkan surplus 10 juta ton beras dan menciptakan swasembada pangan, katanya.
Jika dikaji lebih mendalam, menurut dia, Indonesia layak merasa malu karena sering mengambil kebijakan impor beras dari Thailand untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Padahal sebagai negara agraris Indonesia memiliki banyak potensi pertanian, sehingga seharusnya tidak perlu mengimpor beras.
"Kita harusnya malu karena banyak mengimpor produk pertanian," katanya.
Ia menambahkan, pengalaman dan kondisi yang tidak mengenakkan terkait produksi pertanian nasional pernah didapatkannya ketika melakukan kunjungan kerja ke Mesir beberapa bulan lalu.
Dalam kunjungan itu dirinya bertemu warga Kabupaten Langkat, Sumut yang berprofesi sebagai pedagang makanan di negeri piramid tersebut.
Pada awalnya dia merasa gembira karena produksi pertanian di Tanah Air mampu menembus pasar Timur Tengah, khususnya Mesir.
"Namun saya sedih karena produk pertanian yang dijual pedagang asal Sumut itu bukan dari Indonesia. Kacang hijaunya saja dia datangkan dari Thailand," katanya tanpa menyebutkan nama pedagang tersebut.(P1)
Harapan itu disampaikannya dalam silaturahim dengan peserta Seminar dan Rapat Tahunan Pertanian 2012 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Wilayah Barat di Medan, Selasa (3/4) malam.
Sebelumnya, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Prof Dr Dharma Bakti mengatakan, dalam seminar dan rapat tahunan itu akan dibahas 276 makalah pertanian.
Makalah-makalah tersebut akan dibahas secara tuntas oleh 550 dosen pertanian yang berbagai PTN di wilayah barat Indonesia.
Menanggapi hal itu Gatot Pujo Nugroho mengatakan, ke-276 makalah yang dibahas itu diharapkan dapat menjadi rekomendasi dan solusi bagi pemerintah.
Dengan berbagai rekomendasi dan solusi tersebut, diharapkan Indonesia mampu meningkatkan produksi bahan kebutuhan pokok utama masyarakat, khususnya produksi beras.
Apalagi jika dikaitkan dengan target pemerintah untuk mewujudkan surplus 10 juta ton beras dan menciptakan swasembada pangan, katanya.
Jika dikaji lebih mendalam, menurut dia, Indonesia layak merasa malu karena sering mengambil kebijakan impor beras dari Thailand untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Padahal sebagai negara agraris Indonesia memiliki banyak potensi pertanian, sehingga seharusnya tidak perlu mengimpor beras.
"Kita harusnya malu karena banyak mengimpor produk pertanian," katanya.
Ia menambahkan, pengalaman dan kondisi yang tidak mengenakkan terkait produksi pertanian nasional pernah didapatkannya ketika melakukan kunjungan kerja ke Mesir beberapa bulan lalu.
Dalam kunjungan itu dirinya bertemu warga Kabupaten Langkat, Sumut yang berprofesi sebagai pedagang makanan di negeri piramid tersebut.
Pada awalnya dia merasa gembira karena produksi pertanian di Tanah Air mampu menembus pasar Timur Tengah, khususnya Mesir.
"Namun saya sedih karena produk pertanian yang dijual pedagang asal Sumut itu bukan dari Indonesia. Kacang hijaunya saja dia datangkan dari Thailand," katanya tanpa menyebutkan nama pedagang tersebut.(P1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar