Sebagian dari kita mungkin tidak tahu
bagaimana harus bersikap saat menghadapi peminta-minta. Kita bisa saja
mengabaikan mereka, tapi apakah tindakan tersebut bijaksana? Di sisi lain kita
ingin memberi, tapi ternyata masalahnya tidaklah sederhana.
Selain ada cukup banyak peminta-minta, kita juga menghadapi masalah pengemis anak-anak dan orang-orang yang agresif ketika meminta uang. Lalu bagaimana sikap yang bijaksana untuk menghadapi kenyataan ini?
Selain ada cukup banyak peminta-minta, kita juga menghadapi masalah pengemis anak-anak dan orang-orang yang agresif ketika meminta uang. Lalu bagaimana sikap yang bijaksana untuk menghadapi kenyataan ini?
Hargai
mereka
Hal yang perlu kita sadari adalah
pengemis dan gelandangan itu juga manusia. Mereka memiliki perasaan sama
seperti kita dan akan merasa tersakiti kalau keberadaannya diabaikan. Bila Anda
memilih tidak memberi, jangan menunjukkan sikap yang merendahkan, apalagi
seolah jijik saat melihat mereka.
Cukup gelengkan kepala sambil tersenyum kalau Anda tidak ingin memberi. Sebaliknya, jangan pula merasa menjadi pahlawan setelah memberi beberapa uang receh. Ingatlah, hal itu tidak akan merubah hidup penerima. Anda tidak patut disembah hanya karena bantuan kecil itu.
Cukup gelengkan kepala sambil tersenyum kalau Anda tidak ingin memberi. Sebaliknya, jangan pula merasa menjadi pahlawan setelah memberi beberapa uang receh. Ingatlah, hal itu tidak akan merubah hidup penerima. Anda tidak patut disembah hanya karena bantuan kecil itu.
Tak
harus memberi uang
Kalau Anda merasa porsi hidangan
yang akan Anda santap terlalu besar, tak ada salahnya berbagi makanan tersebut
dengan pengemis. Harap diperhatikan, jangan sekali-sekali memberi makanan sisa.
Lebih baik lagi kalau Anda membelikan makanan yang persis sama seperti yang
sedang Anda santap. Tindakan ini jauh lebih memanusiawikan mereka daripada
sekadar memberi uang receh.
Saya sendiri sering memberikan T-shirt yang saya bawa saat perjalanan hampir selesai. Saya pikir, daripada harus membayar biaya bagasi, lebih baik sebagian pakaian disumbangkan kepada yang membutuhkan. Anda patut curiga kalau ada pengemis menolak pemberian ini dan berkeras meminta uang. Hampir bisa dipastikan ia adalah anggota sindikat pengemis yang mengambil keuntungan dari kehandiran turis.
Benda yang kita berikan memang tak seberapa nilainya dan tak bisa mengubah kehidupan mereka. Namun yang terpenting kita sudah menunjukkan kepedulian serta berusaha menghargai semua orang, termasuk pengemis dan gelandangan.
Saya sendiri sering memberikan T-shirt yang saya bawa saat perjalanan hampir selesai. Saya pikir, daripada harus membayar biaya bagasi, lebih baik sebagian pakaian disumbangkan kepada yang membutuhkan. Anda patut curiga kalau ada pengemis menolak pemberian ini dan berkeras meminta uang. Hampir bisa dipastikan ia adalah anggota sindikat pengemis yang mengambil keuntungan dari kehandiran turis.
Benda yang kita berikan memang tak seberapa nilainya dan tak bisa mengubah kehidupan mereka. Namun yang terpenting kita sudah menunjukkan kepedulian serta berusaha menghargai semua orang, termasuk pengemis dan gelandangan.
Tegas
dengan pengemis anak-anak
Sungguh miris menyaksikan anak-anak
tiduran di pinggir jalan sambil meminta-minta. Penampilan mereka juga sangat
membuat iba. Badannya terlihat sangat kotor, bahkan ada yang tidak mengenakan
pakaian. Pemandangan ini adalah ujian terberat yang harus dihadapi wisatawan.
Karena merasa kasihan, banyak turis dengan gampangnya memberi uang. Tapi perlu kita sadari, memberi uang pada pengemis anak-anak akan mendatangkan konsekuensi yang amat buruk. Makin besar uang yang diterima anak-anak itu, makin kecil keinginannya untuk melanjutkan sekolah. Buat apa capek-capek sekolah kalau mengemis saja bisa dapat uang?
Lagipula, belum tentu uang yang diterima akan digunakan sendiri oleh anak-anak itu. Bisa jadi uangnya diserahkan kepada orang tuanya, atau lebih parah lagi disetor kepada kepala sindikat pengemis. Jangan sampai kehadiran kita justru menyuburkan budaya mengemis. Bukannya menolong, kita malah membuat keadaan menjadi lebih buruk. Untuk memutus mata rantai ini, kita seharusnya tidak memberi uang kepada pengemis anak-anak.
Karena merasa kasihan, banyak turis dengan gampangnya memberi uang. Tapi perlu kita sadari, memberi uang pada pengemis anak-anak akan mendatangkan konsekuensi yang amat buruk. Makin besar uang yang diterima anak-anak itu, makin kecil keinginannya untuk melanjutkan sekolah. Buat apa capek-capek sekolah kalau mengemis saja bisa dapat uang?
Lagipula, belum tentu uang yang diterima akan digunakan sendiri oleh anak-anak itu. Bisa jadi uangnya diserahkan kepada orang tuanya, atau lebih parah lagi disetor kepada kepala sindikat pengemis. Jangan sampai kehadiran kita justru menyuburkan budaya mengemis. Bukannya menolong, kita malah membuat keadaan menjadi lebih buruk. Untuk memutus mata rantai ini, kita seharusnya tidak memberi uang kepada pengemis anak-anak.
Pilih
yang benar-benar perlu dibantu
Kebanyakan dari kita memiliki
kemampuan ekonomi yang terbatas sehingga tak bisa memberi bantuan secara
massif. Karena kita memiliki keterbatasan, pilihlah orang yang benar-benar membutuhkan
bantuan, misalnya lansia dan orang cacat. Mungkin Anda sering melihat orang
yang masih muda dan bisa bekerja ikut juga meminta-minta. Sebenarnya tak ada
yang salah memberikan sesuatu pada seseorang. Namun berilah prioritas pada
mereka yang lebih membutuhkan.
Jangan
takut berkata tidak
Kadang kala pengemis yang kita
jumpai bersikap sangat agresif. Meskipun kita telah menggelengkan kepala, ia
terus membuntuti sampai kita menyerah lalu memberi uang. Menurut saya, lebih
baik merasa bersalah karena tidak memberi, daripada memberi karena terpojok
atau terpaksa. Pengemis juga harus mengerti, meminta pun harus dengan cara yang
baik.(P1,bbs)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar